![gymnasium](https://i0.wp.com/suka-suka.web.id/wp-content/uploads/2017/10/gymnasium.jpg?resize=800%2C444&ssl=1)
Senam mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1912, pada masa
penjajahan Belanda. Masuknya olahraga senam ini berbarengan dengan
ditetapkannya pendidikan jasmani sebagai pelajaran wajib di sekolah.
Karena senam merupakan bagian dari penjaskes, maka dengan sendirinya
senam juga turut diajarkan di sekolah.
Senam yang pertama kali diperkenalkan pada waktu itu adalah senam
versi Jerman. Sistem ini menekankan pada kemungkinan gerak-gerak yang
kaya sebagai alat pendidikan. Lalu pada tahun 1916, sistem itu
digantikan oleh sistem Swedia yang lebih menekankan pada manfaat gerak.
Sistem ini dibawa dan diperkenalkan oleh seorang perwira kesehatan dari
angkatan laut kerajaan Belanda yang bernama Dr. H. F. Minkema.
Lewat Minkema inilah senam di Indonesia mulai menyebar ke berbagai
daerah, ketika pada tahun 1918 Minkema membuka kursus senam Swedia di
kota Malang untuk para tentara dan guru. Meskipun demikian, awal mula
penyebaran senam dianggap berasal dari Bandung. Alasannya, sekolah
pertama yang berhubungan dengan senam didirikan di Bandung, ketika pada
tahun 1922 dibuka MGSS (Militaire Gymnastiek en Sporschool).
Mereka yang lulus dari sekolah tersebut nantinya menjadi instruktur
senam Swedia di sekolah-sekolahan. Melihat perkembangannya yang baik
kemudian MGSS membuka cabang di beberapa daerah antara lain di Bogor,
Malang, Surakarta, Medan, dan Probolinggo.
Masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942, merupakan akhir dari
olahraga senam. Jepang melarang semua bentuk senam di sekolah dan di
lingkungan masyarakat dan menggantinya dengan “Taiso”. Taiso adalah
sejenis senam pagi (berbentuk kalestenik) yang wajib dilakukan di
sekolah-sekolah sebelum pelajaran dimulai, dengan iringan radio yang
disiarkan secara serentak.
![](https://i0.wp.com/suka-suka.web.id/wp-content/uploads/2017/10/taiso.jpg?resize=550%2C367&ssl=1)
Sebelum melakukan taiso murid-murid diharuskan untuk memberi
hormat kepada Kaisar Jepang. Caranya, dengan mengikuti aba-aba yang
dikumandangkan, yang berbunyi “sei kei rei”, semua murid harus
membungkuk dalam-dalam menghadap ke utara (Tokyo) tempat Kaisar Tenno
Heika berada. Setelah melakukan senam, murid-murid juga diwajibkan untuk
melakukan penghormatan kepada kaisar Jepang
Masa “Taiso” tidak berlangsung lama. Karena rakyat Indonesia banyak yang menentang dengan diadakannya Taiso. Dengan
adanya penolakan yang besar-besaran, akhirnya senam yang diajarkan di
sekolah-sekolah kembali kepada senam yang dulu dipakai sewaktu masa
penjajahan Belanda.
Dengan semakin terkenalnya olahraga senam, maka didirikan sebuah
organisasi yang berfungsi untuk membina para atlet yang
berbakat. Organisasi ini dibentuk pada tanggal 14 Juli 1963 dengan
nama PERSANI (Persatuan Senam Indonesia) atas inisiatif tokoh-tokoh
olahraga se-Indonesia yang menangani dan mempunyai keahlian pada cabang
olahraga senam. Dengan ketua persani pertama adalah R. Suhadi.
Baru pada tahun 1964, Indonesia pertama kali mengikuti perlombaan senam lantai yang bertaraf Internasional di GANEFO I (Games of the New Emerging Forces) dengan Indonesia sebagai
tuan rumahnya. Negara yang berpartisipasi pada cabang senam tersebut
adalah Cina, Rusia, Korea, Mesir, dan Indonesia. Adapun cabang senam
yang dipertandingkan adalah senam artistik.
Itulah sejarah awal perkembangan senam di Indonesia hingga sekarang.
Dari peristiwa Ganefo itulah senam artistik mulai dikenal luas di
Indonesia, sehingga pada tahun 1969, senam dipertandingkan untuk pertama
kalinya di PON VII di Surabaya.
Sumber : https://suka-suka.web.id/macam-macam-gerakan-senam-lantai/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar